Thursday, September 16, 2010

Selamat Jalan

Tiga hari lalu. Ia di sana. Seperti biasa, hanya dahi dan rambut putihnya yang tersapu mataku. Ia sedang menunduk. Larut dalam pekerjaannya. Dan hari itu, ruangan tersebut begitu lengang. Ia sendiri, karena yang lain masih menikmati cuti lebaran.

Sampai hari ini aku belum mengenalnya dengan baik. Bahkan mungkin hanya sekali aku sempat berbincang dengannya. Itu pun dalam kalimat yang sangat pendek. Selebihnya hanya senyum dan tegur sapa yang lumrah.

Di penghujung tahun lalu. Aku ingat, sosok itu diperkenalkan di suatu forum internal kantor. Sejak kata pertama yang ia ucapkan, aku tahu ia bukanlah orang biasa. Ada tone yang khas pada setiap tuturnya—dalam dan jernih. Pilihan katanya pun—bagi saya—sangat bersahaja. Belum lagi kelakar yang ia selipkan dalam ceritanya. Sungguh pribadi yang hangat.

Waktu bergulir, seiring itu juga aku tahu ia termasuk dalam barisan orang-orang yang mendedikasikan hidupnya untuk buku. Beberapa artikel terjemahan dan review yang ia unggah di nawala internal kantor sudah cukup mengisyaratkan bahwa ia memang dedengkot dunia ini—dunia penerbitan buku.

Suatu hari, aku membaca namanya dalam sebuah pengantar buku teknik menulis. Si penulis buku berterima kasih kepadanya. Penuh makna. Ia menjadi guru sekaligus teman bagi si penulis itu.

***

Tiga hari lalu itu, mungkin yang paling membekas di ingatanku. Meski kami tak saling bicara, bahkan tak berkontak mata. Dan hari ini, tadi pagi, ia sudah pergi. Kembali dalam pelukan penciptanya.

Selamat jalam Pak Mula Harahap. Aku yakin—meski aku belum mengenalmu dan karyamu—di luar sana banyak orang yang memetik ilmu dan nilai hidup dari pribadi, pengabdian, dan karyamu.


-16 September 2010-

No comments:

Post a Comment